Senin, 06 Februari 2017


5).  KULINER ASIK DI BANJARNEGARA


DSC_0059
Nasi Bakar Pikasto
Hai Mamamers, kali ini saya akan membawa kalian semua untuk mencicipi kuliner asik dan khas Banjarnegara. Penasaran? Kita mulai dari makanan berat dulu ya.
Sungai Serayu menjadi sungai kebanggaan warga Banjarnegara. Festival-festival kerap kali dilakukan di sana. Yang lebih menarik lagi, sungai ini juga menjadi daerah wisata. Di bantaran sungai yang cukup lebar ini terdapat tempat untuk bermain arung jeram, serta ada restoran asik bernama Pikasto, yaitu kepanjangan dari Pinggir Kali Serayu Resto.
Menu-menu yang ditawarkan beragam. Di siang menjelang sore ini, saya memilih menu Nasi Bakar Pikasto, Cah Jamur Spesial dan Wedang Uwuh.
Nasi Bakar Pikasto, sama seperti nasi bakar lainnya, yaitu nasi yang dibungkus di daun pisang lalu di bakar. Tapi nasi bakar ini memiliki cita rasa yang khas, yaitu rasa rempah-rempah terasa begitu kuat, hasil dari taburan pala bubuk di nasi, serta sereh dan daun salam yang membuatnya menjadi semakin wangi. Di dalam nasi bakar, terdapat ayam yang sudah di suir-suir. Nasi bakar ini disajikan dengan tempe goreng, kerupuk, lalapan dan sambal yang menggugah selera. Untuk rasa, dijamin jempolan.
Tak kalah enaknya jika makan nasi bakar ini dengan cah jamur yang sudah saya pesan. Jamur kuping yang dicampur dengan aneka sayuran seperti wortel, kembang kol serta sawi. Selain itu uga ada potongan ayamnya loh. Rasanya enak, gurih dan pas di lidah.
Image
Cah Jamur Spesial Pikasto
Selesai makan, enaknya mencicipi minuman yang tidak ada di Tangerang, yaitu Wedang Uwuh. Wedang uwuh ini sebenarnya minuman khas dari Keraton. Warnanya merah dan rasanya manis dan hangat. Warna merah wedang uwuh ini dihasilkan dari kayu secang. Ternyata teh kayu secang ini memiliki banyak sekali manfaat, salah satunya sebagai penawar racun tubuh yang terkena toksin. Wedang uwuh ini terasa hangat karena dicampur jahe dan cengkeh. Biar terasa manis, di campur dengan gula.
DSC_0058
Wedang Uwuh
Beralih dari Pikasto, siang-siang yang terik asiknya minum yang dingin-dingin. Yuk, kita meluncur ke Dawet Ayu Bu Haji Munardjo. Dawet khas Banjarnegara ini kabarnya adalah warung dawet tertua di Banjarnegara. Dawetnya terasa sangat segar dan kenyal. Santannya juga fresh, tidak asam. Dan saya beruntung karena dawet yang saya pesan adalah dawet terakhir. Harga seporsi dawet cukup murah, yaotu Rp4000,-.
DSC_0068
Es Dawet Ayu Khas Banjarnegara
Selesai makan es dawet, dilanjutkan makan Mie Ongklok yang letaknya tak jauh dari lokasi es dawet. Mie ini rasanya unik sekali. Dari namanya pun unik. Mie Ongklok itu maksudnya adalah mie yang direndam menggunakan semacam saringan yang terbuat dari kayu kemudian mie itu  di celup-celup atau yang dalam Bahasa Jawa disebut “diongklok-ongklok”. Yang membuat rasanya makin unik adalah, mie ini tidak menggunakan pangsit atau ayam sebagai pelengkapnya, tapi menggunakan sate sapi. Dan mie ongklok ini dicampur dengan bumbu kacang khas sate, sehingga rasanya menjadi berbeda. Selain itu, biasanya mie ayam menggunakan sayuran sawi, tapi mie ongklok ini menggunakan kol sebagai pelengkap. Sambalnya adalah cabe rawit hijau yang di ulek seadanya. Makin unik bukan? Harga seporsi mie ongklok adalah Rp6.000,-.
Image
Mie Ongklok
Terakhir, di malam yang sejuk, enaknya makan yang hangat-hangat, yaitu Tempe Mendoan dan Susu Jahe. Perpaduan tempe mendoan dan susu jahe memang paling pas. Apalagi bila yang membuat pedagang yang ahli dalam meraciknya. Seperti di Kedai Coboy, misalnya. Tempatnya sederhana namun menu yang disajikan rasanya luar biasa.
Image

Tidak ada komentar:

Posting Komentar